Cerita Kita Belum Usai

Aku dan dirinya sengaja berjumpa. Disudut-sudut kota pagi itu, ku lihat ia untuk pertama kalinya. Bercakap sejenak, lalu pergi. Meninggalkan sedikit senyuman tiap ku baca pesan singkat kita kala itu.

Lama-lama, kita saling menawarkan diri untuk bertemu. Sabtu dan Minggu adalah hari yang ku tunggu-tunggu kala itu. Berkeliling kota dengan motormu, atau berjalan kaki sekedar berbagi cerita singkat.

Misalnya, kita yang ingin berkuliah di prodi yang sama. Cita-cita masa kecil yang hanya ingin menjadi kapak saja.

Aku yang terlalu manja atau kamu yang terlalu perasa? rela menemaniku hingga larut malam, hanya sekedar mencari cilok di alun kota. Menghapus air mata saat hati gundah gulana, dan masih banyak lagi yang tak perlu aku ceritakan pada mereka, Mas.

Lalu, hampir setiap malam ku dihabiskan olehmu menyapa ring basket di lapang alun-alun kota.

Bermain bola basket bersama anak-anak pinggir jalan, membuat beban pikiran lupa bahwa esok adalah hari terberat menghadapi kenyataan.

Bahwa kita, sama-sama singgah saja.

Dariku, yang selalu menekankan kalimat; tetap jadi kamuku, Mas.


—Venusera Astrophilia

Komentar